Saturday, 2 September 2017

Bisik-bisik Tanya Sampai Bila?

Bukan marah, sedikit terpampan,
Salah sendiri menggantung harapan,
Tersilap menapak pasak impian,
Sesal dahulu pendapatan,
Kini tidak bertemu jalan,
Bukan sedikit menanggung bebanan,
Selalu terluka, selalu terkilan

Bukan sedih, tetapi terluka,
Dalam diam sembunyi airmata,
Ada dendam dalam duka,
Tika kau lelah menjaga hatinya,
Sampai terlupa aku siapa,
Yang sering terlalu mencuba,
Memberi kamu segala bahagia

Bukan sekali, tapi selalu,
Ingin melihat kamu berjuang untukku,
Keraskan suara, naikkan dagu,
Biar jelas aku prioritasmu,
Alah, semua impian palsu,
Siar gambarku pun kau tak mampu,
Inikan pula bertegas untukku

Bukan keji, bukan benci,
Terkadang terngiang madah berduri,
Bila enggan membaca hati,
Bila enggan membela diri,
Anak dewasa mampu berdiri,
Kepercayaan automatis harus diberi,
Kata-katanya tak perlu dipersoal lagi

Bukan kuat, hampir mati,
Setiap kali hati dijahit kembali,
Bila bersama, nama dia aku dengari,
Atau sekadar lintasan 'aqli,
Aku tiada peluang mencipta memori,
Tanpa cuba perlu memadam yang sudah terisi,
Siapalah aku ketika di sisi?

Bukan sedikit, selautan semesta,
Harapan untuk kita berdua,
Tanpa sesiapa menghiris dada,
Tanpa ada sebarang dusta,
Tanpa ada sebarang rahsia,
Tanpa ada hati lain untuk dijaga,
Hanya aku dan kamu, TANPA bayangnya

Bukan fitnah, tapi ku tahu,
Bukan anggapan, tapi ku tahu,
Segalanya diucap tidakkan setuju,
Semua dikata mainan fikiranku,
Kemudian dikata penat di kalbu,
Jangan dikusut jangan dibuntu,
Semua harus indah tiada seteru

Bukan kamu, tapi saya,
Yang merasakan segala kecewa,
Kerana masih mengemis cinta,
Dari insan yang menjaga lainnya,
Atas sejarah-sejarah lama,
Tiada berakhir kisah duka,
Sampai bila?

Bukan merayu, bukan meminta,
Sebagai kekasih bukan itu tempatnya,
Sendiri mengerti tawa dan canda,
Fahami luka tersulam antaranya,
Sempadankan mantan dan sediakala,
Tutuplah buku-buku lama,
Tulislah naskhah baru kita